Ibarat sebuah tim MotorGP, Bupati sebagai pejabat politik yang dibatasi masa jabatannya, sebenarnya hanya seperti seorang joki atau pengendara sebuah Motor Balap milik rakyat sebuah daerah tingkat 2 yang disebut kabupaten.
Ya, sampai kapanpun sepanjang negara ini ada, motor balap, peralatan dan segala perlengkapan sebuah tim balap motor itu akan tetap menjadi milik rakyat kabupaten, bukan milik perusahaan, bukan milik koperasi atau lembaga-lembaga usaha lainnya seperti Yayasan atau perusahaan Tbk yang sahamnya bisa dikuasai oleh pemilik kapital. Artinya, apapun kondisi dan keberadaan dalam sebuah tim motor balap, semua kepemilikannya adalah tetap milik rakyat. Tidak akan pernah BOLEH DIMILIKI (meski dalam realitasnya bisa dikuasai) sang Joki dan kerabatnya saja.
Sponsor dan kerabat serta berbagai pihak yang telah mensupport terpilihnya sang Joki adalah keniscayaan yang tak mungkin dihindari. Semuanya berpotensi besar untuk menjadi Oligarki kekuasaan. Sesuatu yang tak terhindarkan dalam sistem demokrasi di Indonesia yang masih saja menjadi ruang subur bagi oknum-oknum politisi busuk untuk mengkapitalisasi “mimpi” rakyat kebanyakan mendapatkan pemimpin bersifat Ratu Adil.
Sedangkan ribuan ASN dengan seorang Sekda sebagai panglimanya, sebenarnya adalah kunci jaminan berjalannya Pemerintahan yang sesuai dengan peraturan dan perundangan di NKRI.
Menganalogikan pemerintahan seperti sebuah tim MotoGP, keberadaan Sekda, ibaratnya seperti kepala bengkel yang diangkat berdasarkan kualifikasi dan persyaratan-persyaratan tertentu yang diatur melalui undang-undang. Sehebat dan sedekat apapun seseorang kepada pemutus kebijakan, tidak akan pernah bisa tiba-tiba menjabat Sekda tanpa yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat yang telah diatur oleh negara.
Sekda sebagai kepala bengkel memang diwajibkan melayani keinginan Joki untuk mendapatkan performa terbaik dari kendaraan yang nantinya akan menjadi tunggangan sang Joki dalam setiap lomba yang diikuti. Namun, Sekda juga dibatasi oleh Undang-undang tentang apa yang bisa dipenuhi atau sebaliknya, apa yang dilarang dipenuhinya terhadap keinginan sang Joki.
Bupati sebagai pengendara alias joki, memang tidak wajib menguasai secara detail tentang ilmu perbengkelan, tetapi wajib paham tentang prinsip bekerjanya mesin dan segala kelebihan atau kekurangan komponen kendaraan yang diJokinya.
Ketika dalam sesi latihan atau dalam sebuah lomba sang Joki merasakan ada yang tidak beres dengan kendaraannya, peraturan dan perundangan telah mengatur, bahwa ia bisa meminta kepada kepala bengkel untuk memperbaiki atau mengganti komponen yang rusak atau kurang optimal. Meski begitu, sang Joki jelas akan divonis melanggar dan terancam di coret sebagai pengendara motor balap, kalau sang Joki diketahui mengganti atau memperbaiki sendiri komponen mesin motor balap tanpa melibatkan kepala bengkel.
Demi keselarasan dan kekompakan tim dalam memuaskan keinginan pemilik, sang Joki diberikan hak untuk mengusulkan seorang Kepala bengkel yang disukainya, tetapi tidak boleh seenaknya sendiri mengangkat atau memecat kepala bengkel yang tidak disukainya. Semua sudah diatur dan ada aturan yang wajib ditaati oleh semua.
Owner Tim Balap Motor, yaitu rakyat, juga telah mendelegasikan kewenangan kepada wakil-wakilnya untuk mengawasi secara melekat dan terus menerus terhadap jalannya Tim. Mulai dari menentukan perlombaan mana yang bisa diikuti, penggunaan anggaran dan target juara dan seterusnya.
Boleh boleh saja Sang Joki menargetkan menjadi juara di lomba MotoGP tingkat International, namun tanpa persetujuan wakil-wakil owner, maka sang Joki harus rela mengubur dalam dalam tentang mimpinya berdiri diatas podium bergengsi. Dia dipaksa harus realistis dengan kondisi dan kekuatan Tim.
Dengan begitu, ketika menghadapi sebuah perlombaan, ia akan lebih realistis mematok target kesertaannya. Realistiskah mimpi berdiri diatas podium atau cukup sebagai ajang uji coba bagi pengendara, bagi kendaraan dan bagi tim yang menyertainya.
Nek atase hanya mengendarai sepeda motor cethul apalagi “gok mogok’en” pas ngimpi meraih trophy di lomba kelas 2000cc level international, mbok masio dienteni sampek kiamat, gak kiro onok critane iso muni “Wes Wayahe Juara”.
Oleh : Kustiono Musri