Inilah kronologi Sikap Politik Gus Saif yang kuikuti Untuk Menjauh dari Lingkaran Bupati Jember Hendy Siswanto.
Oleh : Kustiono Musri
Berawal dari keprihatinan Gus Saif terhadap besarnya potensi kegaduhan politik atas jalannya pemerintahan Bupati Hendy Siswanto yang baru seumur jagung. Potensi kegaduhan itu beliau dengar dan rasakan sendiri sejak awal Bupati Hendy Siswanto dan Wakil Bupati Firjaun Barlaman dilantik.
Klimaksnya, 3 bulan lalu sekira akhir November, Gus Saif mendengar dari banyak kyai-kyai besar di Jember dalam sebuah pertemuan para kyai yang mengungkap kekecewaan mereka terhadap sikap Hendy setelah dilantik sebagai Bupati. Para Kyai punya kesan, Bupati Hendy begitu cepat berubah sikap dan dengan entengnya telah melupakan jasa dan perjuangan kalangan pesantren yang telah terbukti membantunya dalam proses pemenangan di Pilkada 2020.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, Gus Saif mengajakku mendampingi beliau untuk menghadap kepada Bupati Hendy Siswanto di pendopo. Melalui komunikasi telepon sebelumnya, Bupati berkenan menyediakan waktunya untuk menerima Gus Saif pada 25 November 2021 pukul 22.00 dipendopo.
Pertanyaan pertama yang disampaikan Gus Saif : “Apa sampeyan sek percoyo nang aku ?”
Bupati dengan sangat meyakinkan langsung menjawab, “Demi Allah Demi Rasul, kulo percoyo njenengan Gus”.
Pertanyaan pertama langsung ditimpali dengan pertanyaan kedua dari Gus Saif ; “Sejak sampeyan dilantik, apa sampeyan sudah pernah menyapa para Kyai ?”
Dan Bupati menjawab jujur ; “Dereng Gus” dan kemudian dilanjutkan dengan cerita alasan kesibukan-kesibukannya sebagai Bupati. Menurutnya, rutinitas itu tak bisa ditinggalkan, karena Bupati tidak ingin masuk penjara karena faktor kesalahan administratif sekecil apapun.
Mendengar jawaban dan cerita tentang kesibukan dan rutinitas Bupati di pertemuan 6 mata tersebut (hanya ada Bupati, Gus Saif dan aku), Gus Saif lalu mengusulkan kepada Bupati agar mengambil sebuah langkah strategis demi keberlangsungan dan masa depan Hendy sebagai Bupati sekaligus demi mengamankan kepentingan Hendy di 2024.
“ Segera tugaskan Gus Firjaun untuk mewakili sampeyan menyapa dan menyampaikan salam sampeyan kepada para Kiai, bahwa sampeyan belum bisa sowan dan menyapa karena kesibukan sampeyan sebagai Bupati” saran Gus Saif kepada Bupati.
Terhadap usulan Gus Saif itu, ternyata Bupati langsung menolaknya. Alasannya macam-macam yang intinya, Bupati akan menyapa para kyai dan melakukannya sendiri setelah semua kesibukannya selesai.
Sejak pertemuan itulah Gus Saif punya kesimpulan tentang siapa dan bagaimana Hendy sebagai Bupati. Berikut adalah chat WA dari Gus Saif kepadaku setelah pertemuan tersebut.
Ass wr wb, Bukan ngancam, tp ngingatkan aja… Apabila BUPATI tidak SEGRA meng indahkan apa yg sdh aku pesan dan ingatkan… khususnya gak ngesto’ne visi – misi seperti yg disampaikan ketika sblm jadi BUPATI, maka aku, kulo gus saif Bismillahi akan menempatkan diri sbg INDEPENDENT…Mas ! Arep rep-nyekarep…!
Niku kabeh suara hati kulo Mas ! kulo tetep kulo kan, mas !
Ass wr wb, Apa sdh perlu dimulai B~3 ??? “Rupane” H Hendy : sosok yg lebih siap kontra dg pendukung tapi aman dg keluarga. Sejak kita mendatangi H Hendy malam hari tsb, kulo sdh berkesimpulan.
Sejak itulah aku merasa benar-benar berada dalam puncak kebimbangan. Disaat Gus Saif sudah punya kesimpulan dan ingin segera menghidupkan kembali gerakan B3 (Butuh Bupati Baru), aku sendiri masih menilai alasan Bupati itu masih manusiawi dan rasional.
Menurutku, penolakan itu hanya karena didasari kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan terhadap naiknya pamor Gus Firjaun yang dikhawatirkan akan maju sendiri meninggalkan Hendy di Pilkada 2024.
Dugaanku, Bupati Hendy Takut Kalah Pamor dengan Gus Firjaun. Maka perlu ada upaya untuk menjelaskan kepada Bupati, bahwa maksud dan tujuan Gus Saif mengusulkan langkah seperti itu sebenarnya justru untuk membantunya. Usulan itu tidak ada motif lain kecuali semata-mata hanya demi kondusifitas politik pemerintahan Jember yang otomatis akan menguntungkan dan mengamankan kepentingan Hendy yang bercita-cita menjadi Bupati 2 periode.
Lebih dari 2 minggu aku berada dalam posisi dilematis, ibaratnya seperti makan buah simalakama, antara harus bersikap taat kepada Kyai panutanku sekaligus sebagai orangtuaku sendiri ataukah harus memilih untuk tetap bersikap menjaga hubungan mesra dengan Bupati.
Lalu sampailah suatu sore, tepatnya 13 Desember 2021 lalu, saat aku melintas di jalan Trunojoyo, persis di perempatan pasar tanjung, aku melihat baliho besar terpasang dengan tulisan Jember Kueren dengan gambar Bupati Hendy berukuran besar dan gambar Wakil Bupati Gus Firjaun dengan ukuran jauh lebih kecil dan seukuran dengan gambar mantan Wakil Bupati KH.Muqiet. Sedang gambar tokoh lainya aku tidak mengenalnya sama sekali.
Terhadap gambar baliho Jember Kueren tersebut, berikut tanggapan Gus Saif lewat chatting WA kepadaku.
Setelah melihat foto ini, kulo spontan eling BUTO, RAJANE JIN… cak Kus ! Sopo sing duwe ide niku ge ?
Wadu…h, yen bener2 atas persetujuane Hendy, yo wis KEBANGETEN ~ KEBACUT… wis gak mencerminkan kewalitas Ke Negarawanane, malah sewalie Ke Kerajaane.
Sejak itulah aku kemudian menyadari kelemahanku sendiri, ketika Gus Saif sudah menggunakan bahasa langit, ternyata aku masih pakai bahasa bumi yang cenderung masih berTuhan pada logika otakku yang sangat terbatas.
Maka dengan sadar dengan segala konsekuensinya, aku putuskan untuk segera mentaati dan mengikuti sikap Gus Saif. Berikutnya, aku kirimkan WA bernada pamit kepada Bupati Hendy seperti berikut ;
Assalamualaikum.
Sepurane Cak Bupati.
Aku merasa sudah cukup “ngawal” sampeyan sebagai Bupati sesuai keinginan kami B3 (Butuh Bupati Baru).
Satu hal yang perlu sampeyan pahami, bahwa kami cenderung menutup mata dan bahkan terkesan kami tutup mulut terhadap kejanggalan kebijakan yang sampeyan jalankan, sebenarnya faktor utamanya adalah : karena kami tidak rela kesalahan sekecil apapun dari sampeyan, justru akan menjadi panggung bagi lawan politik.
Sikap seperti ini, jelas berresiko bagi kami.
Kami yang selama ini kritis, kini tak lagi kritis.
Mereka menganggap kami sudah “kenyang fasilitas” dari penguasa. (Meski sebenarnya tidak ada fasilitas apapun yang kami nikmati).
Maka ijinkan kami undur diri. Kami akan tetap konsisten sebagai pengawal sekaligus pengawas bagi kepentingan Jember.
Wasallam.
Chatting WA tersebut kukirim sore itu juga tepatnya tanggal 13 Desember 2021 yang lalu. Dan itu adalah chattingan terakhirku kepada Bupati Jember.
Oleh : Kustiono Musri