MENGGUGAH KESERIUSAN PENANGANAN STUNTING REZIM BUPATI HENDY 

MENGGUGAH KESERIUSAN PENANGANAN STUNTING REZIM BUPATI HENDY
Oleh : Muhammad Jaddin Wajad

PROBLEMA STUNTING DAN ANALISA PENYELESAIANNYA DI KABUPATEN JEMBER

Pada era kepemimpinan Bupati Hendy Siswanto, penulis mulai awal mengikuti dengan cermat prosesi perguliran kepemimpinan di Kabupaten Jember.  Dalam momen serah terima jabatan  Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa sebagaimana dikutip dari sebuah media menunjukkan persoalan serius yang harus diselesaikan oleh kepala daerah Jember yang baru. Khofifah menyebut, Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Anak (AKA) dan angka stunting di Jember menempati peringkat kasus tertinggi di Jatim.

https://radarjember.jawapos.com/berita-jember/03/03/2021/jember-juara-tapi-ngenes/2/

Hal ini disampaikan Khofifah saat memberi sambutan dalam acara serah terima jabatan Bupati dan Wakil Bupati Jember dengan Bupati Plh Bupati Hadi Sulistyo di Kantor DPRD Jember, Selasa (2/3/2021). 

“Jember kematian Ibu tertinggi, ini serius. AKI juara satu, AKI tertinggi, dan kematian bayi juga tertinggi, maka saya minta menjadi catatan semua harus diintervensi sesignifikan mungkin, sedetail mungkin, apa yang menjadi penyebabnya,” kata Khofifah.

Pesan tersebut disampaikan Khofifah secara langsung kepada Bupati Jember, Hendy Siswanto- dan Wabup M Balya Firjaun Barlaman. Lebih lanjut, Khofifah meminta agar pemerintah daerah melakukan sinergi dengan kalangan akademisi untuk mencari solusi di lapangan.

“Mohon dicari betul intervensinya, harus sinergi, ada kampus Universitas Jember, harus dimaksimalkan. Seperti menurunkan relawan, lewat inisiatornya Unicef,” jelasnya

Dari catatan Pemprov Jatim, angka kematian Ibu selama proses mengandung hingga melahirkan di Jember mencapai 61 orang selama 2020. Kondisi tersebut juga ditambah dengan angka kematian bayi yang mencapai 324 jiwa. Data keduanya merupakan yang tertinggi dibandingkan kota-kabupaten di Jawa Timur.

Selain angka kematian ibu dan bayi, kasus stunting di Jember yang juga jauh dari target. Hasil audit stunting Tahun 2020, Jember nomor 2 setelah Probolinggo, sementara tahun 2021 Jember tetap bertahan di ranking 2 setelah Bangkalan

“Jember angka stunting tinggi sekali, 37,94, ini jauh di atas rata rata nasional, dan provinsi jawa timur, mohon ini nanti lebih dapat prioritas. angka kematian ibu, angka kematian bayi dan stunting jadi bagian penting SDM berkualitas yang berdaya saing,” ujarnya.

Bupati Jember, Hendy Siswanto berjanji bakal memprioritaskan penyelesaian angka kematian ibu, anak dan stunting. Pihaknya bakal mengoptimalkan koordinasi dengan PKK, Posyandu, dinas kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

“Ini tidak baik buat kemajuan Jember, kalau tidak bisa menangani yang tiga ini maka akan berdampak pada lainnya. Bersama PKK, posyandu dan OPD akan dimaksimalkan mengikuti program mereka. Dinkes, BKKBN, mencari solusi apa yang harus kita lakukan untuk menangani hal ini. Termasuk koordinasi dengan Kades, Dusun, RT-RW,” ujar Hendy.

Mengapa Angka Kematian bayi, Angka Kematian Ibu Melahirkan, dan stunting menjadi perhatian serius Gubernur yang disampaikan secara khusus dalam acara serah terima jabatan kepada Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Jember ? 

Penurunan angka kematian Bayi dan Ibu serta stunting menjadi bagian penting dari tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia dan mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan. 

Komitmen meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi merupakan pilar penting karena menjadi cermin angka kematian bayi dan ibu serta kejadian stunting. Stunting sendiri adalah merupakan masalah kekurangan gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. 

Gentingnya situasi akibat AKB, AKI dan stunting mendorong Pemerintah untuk melakukan upaya percepatan penurunan stunting sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Strategi ini bertumpu pada lima pilar yaitu : 

  1. komitmen dan visi kepemimpinan nasional dan daerah;
  2. komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat;
  3. konvergensi intervensi spesifik dan sensitif di pusat dan daerah; 
  4. ketahanan pangan dan gizi; 
  5. serta penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi.

Bagaimana kebijakan kepemimpinan di Jember hari ini menjalankan mandat yang telah digariskan dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting dan telah secara khusus diamanahkan Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat ?

Adakah rencana aksi sebagai konsep operasional implementasi mandat tersebut sehingga lima pilar dapat berjalan secara simultan dengan melibatkan semua stakeholder sebagaimana arahan Gubernur ?

Dari penelusuran penulis, jawabanya terletak pada statemen Kepala Dinas Pemberdayaan sebagaimana ditulis oleh Angga Juli Setiawan dalam Media PortalJember.Com 15 November 2021.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga (DP3AKB) Kabupaten Jember Suprihandoko, saat dikonfirmasi melalui telepon seluler, Senin 15 November 2021. 

“Untuk penanganan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan stunting di Jember dapat 1,1 miliar rupiah tahun 2022, sebelumnya untuk  anggaran  penanganan  stunting, AKI, AKB di Jember DP3AKB mendapatkan anggaran mencapai 2,3 miliar rupiah.”

Suprihandoko menyampaikan, akan memaksimalkan relawan pendamping keluarga yang jumlahnya mencapai 5.625 orang. 

“Jadi yang bisa kami maksimalkan dengan memaksimalkan relawan kita untuk memberikan penyuluhan dan sosialisasi ke masyarakat,” tuturnya.

Namun demikian, para relawan ini tidak mendapatkan honor dari Pemkab Jember, melainkan mendapatkan dari DAK dan itu hanya untuk transportasi. 

“Hanya mendapatkan transport saja dan bukan honor dari Pemkab Jember,” ungkapnya. 

Sementara itu, pihaknya menyampaikan tidak bisa membuat program lain karena keterbatasan anggaran yang ada di Dinas. Ia menambahkan, untuk itu pihaknya tidak mengetahui mengapa anggaran pencegahan stunting, AKI dan AKB ini sangat minim. Maka pihaknya berharap Pemkab Jember bisa mempertimbangkan kebutuhan anggaran di OPD.

Dengan posisi hasil audit dua tahun terakhir Jember masih menduduki ranking 2 terbanyak stunting se Jawa Timur setelah sebelumnya berada di posisi buncit, menunjukkan bahwa  masalah double-burden nutrition atau  masalah malnutrisi masih menjadi tantangan utama dalam pembangunan kesehatan belakangan. Stunting masih menjadi PR besar Kabupaten Jember. Strategi Percepatan Pencegahan Stunting dengan demikian akan efektif manakala menjalankan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.

Namun mengingat bahwa nilai anggaran yang dialokasikan Bupati Hendy Siswanto tidak lebih dari separuh dari Tahun Anggaran 2021, maka dapat dipastikan kedua intervensi tersebut akan berjalan lambat. Hal tersebut menunjukkan rendahnya komitmen Pemerintah daerah sebagai salah satu pilar percepatan penurunan stunting.

Keterbatasan dana dan juga kegagalan dalam penanggulangan faktor resiko terbukti merupakan faktor penghambat penurunan angka stunting, maka dengan alokasi anggaran tidak lebih dari separuh dari tahun anggaran sebelumnya dimana Kabupaten Jember menyumbang jumlah stunting terbanyak kedua se Jawa Timur menunjukkan bahwa harapan membangun generasi layak gizi yang memiliki harapan lebih sehat makin pudar. 

Hampir tidak terdengar kebijakan Pemerintah Kabupaten Jember dalam rencana aksi penurunan stunting dengan strategi komprehensif. Pesan khusus Gubernur dalam acara serah terima jabatan menguap begitu saja. Mandat Perpres demi percepatan penurunan stunting hanyalah goresan aturan di atas kertas yang tidak memiliki makna dalam khasanah kepemimpinan baru di Kabupaten Jember.

Perbaikan dan pembangunan generasi dari sisi dukungan asupan gizi dan masa depan generasi yang sehat dan memiliki kekuatan untuk membangun masa depan Jember makin redup. Hal ini merupakan ironi bagi Kabupaten Jember. 

Disaat yang sama, Pemkab Jember diketahui mampu menganggarkan pengadaan videotron sampai senilai 12 Miliar hanya sebagai upaya pencitraan pemimpinnya, juga disiapkannya anggaran untuk menyambut tamu-tamu elit, dimana Pemkab siap merenovasi Lapangan Golf senilai 5 miliar dan bahkan untuk pengadaan banner-banner yang memuat foto-foto pemimpinnya tanpa makna dan tanpa pengaruh kepada peningkatan gizi masyarakat yang diperkirakan menghabiskan miliaran dana uang rakyat Jember.

Dalam benak Penulis, percuma acara seremonial serah terima jabatan Bupati dan Wakil Bupati yang diadakan di Gedung DPRD. Pesan moral Gubernur Khofifah dalam acara seremonial tersebut agar pemerintah kabupaten Jember lebih serius menurunkan angka stunting ternyata sama sekali tidak melekat di benak dan nurani wakil rakyat dan Bupati. Padahal, Bupati juga berjanji akan menjalankan pesan tersebut dengan memprioritaskan penurunan angka stunting. 

Karena ketika kedua pihak bertemu membahas APBD hasilnya hanyalah 1,1 Miliar alokasi untuk penurunan stunting dan nilai itu kurang dari separuh anggaran ketika Jember di posisi angka stunting terbesar di Jawa Timur.

Sungguh miris melihat pola kepemimpinan era Bupati Hendy Siswanto ini, bukan saja tidak mendengar amanah dari pimpinan di atasnya, namun juga termasuk mengabaikan regulasi yang mengaturnya, bahkan juga sudah abai terhadap nasib kaum marginal yang semestinya menjadi garapan keberpihakan kebijakannya sebagaimana janji-janji kampanye nya.

Percepatan penurunan stunting melalui intervensi gizi sebenarnya bisa dilakukan dengan mengintegrasikan program kesehatan dengan program sosial dan ekonomi. Kepiawaian kepemimpinan yang meneladani Nabi Ibrahim menjadi keniscayaan manakala ada keberpihakan terhadap kepentingan masyarakat sebagai kebenaran atas janji-janji politik yang menjadi sebab dipilihnya Bupati Hendy Siswanto-Wakil Bupati KH Firjaun untuk memimpin Jember, selain jumlah anggaran yang cukup tentunya. 

Walaupun program kesehatan masyarakat merupakan intervensi utama untuk mencegah stunting, faktor sosial dan ekonomi menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan. Intervensi yang terintegrasi akan memberikan dampak bagi komunitas dalam mendukung program kesehatan yang berbasis komunitas dan berkelanjutan. Dalam konteks ini prioritasnya adalah  mengarahkan pelayanan kesehatan primer untuk lebih fokus pada 1.000 hari pertama kehidupan atau golden period. Selain itu, edukasi kepada remaja putri, perempuan, dan orang tua sangat dibutuhkan terutama yang berkaitan dengan inisiasi menyusui dini dan asupan gizi.

Integrasi program kesehatan masyarakat dapat dimulai dari program keluarga berencana untuk mempersiapkan remaja putri dan pasangan usia subur dalam memasuki rumah tangga dan memiliki anak.

Keluarga miskin perlu didukung dengan bantuan tunai yang bersifat terbatas dalam arti bantuan tersebut hanya dapat dibelanjakan untuk hal-hal yang mendukung kesehatan keluarga seperti membeli makanan yang sehat, air, sanitasi, dan kebutuhan kebersihan.

Penguatan komitmen Pemerintah Daerah menjadi hal yang penting dengan mengintegrasikan program Pemerintahan Kabupaten Jember dengan program Desa melalui sinkronisasi alokasi ADD dan DD.

Komitmen ini tidak hanya untuk mendukung program penanggulangan stunting namun juga untuk perencanaan dan alokasi anggaran kesehatan. Lebih jauh lagi penguatan komitmen ini untuk menjamin adanya kolaborasi antara stakeholder dalam bekerja bersama-sama menanggulangi masalah stunting ini. 

Upaya percepatan penurunan stunting yang patut dicontoh misalnya yang dilakukan oleh Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kabupaten Sleman melakukan upaya bertani dan budidaya ikan di sawah yang telah terbukti menjadi strategi unggulan untuk meningkatkan gizi, kesehatan hingga pendapatan masyarakat. Strategi ini menghidupkan kembali metode kuno untuk meningkatkan produksi beras lokal. Kemudian budidaya ikan membantu menyuburkan padi dan menjadi protein yang sangat bernilai bagi keluarga hingga dapat dijual di pasar untuk menambah penghasilan. Upaya ini menjadi bentuk strategi yang dapat dikembangkan dalam mengatasi masalah gizi, karena akan melibatkan penciptaan sistem pertanian budidaya yang lebih fokus pada gizi sensitif. 

Nah Kabupaten Jember adalah Daerah dengan potensi sumber gizi yang memadai. Ada banyak sungai besar melintasi Jember sebagai sumber ikan. Peternakan yang hampir berada di semua wilayah di Kabupaten Jember serta perkebunan yang potensial menghasilkan komoditas kebun yang dapat menjadi sumber gizi spesifik dan gizi sensitive. 

Pelibatan stakeholder yang memiliki kompetensi dan pengaruh signifikan dalam membangun kolaborasi perlu digalang dalam naungan kepemimpinan Daerah secara konsepsional, sehingga mewujud dalam suatu gerakan aksi nyata yang terpadu. 

Ada kalangan ulama’ yang terlatih membimbing umat, ada akademisi yang memiliki segudang ide dan konsep-konsep pemberdayaan, ada kalangan mahasiswa yang siap mengabdi menjadi relawan pendamping program, ada pers yang siap mengawal informasi-informasi spesifik sehingga mampu menyisir kasus-kasus yang terlewat, juga komunitas lain yang tentu akan tertarik terlibat dalam proyek besar ini manakala upaya percepatan penurunan stunting benar-benar digarap serius dan menjadi opini public yang mendominasi isu-isu pembangunan di Kabupaten Jember. 

Visi seperti inilah yang layak dimiliki oleh kepemimpinan yang komit terhadap persoalan besar yang sedang dihadapi Jember. Sehingga pesan kuat yang muncul di banner-banner, videotron, media, kajian-kajian dan opini yang dominan merupakan cermin dari gerakan besar untuk melawan stunting sebagai isu penting yang sedang menghambat pembangunan dan mengancam masa depan generasi sebagaimana statemen Bupati Hendy Siswanto, bahwa tiga kasus yaitu AKB, AKI dan stunting tidak baik bagi kemajuan Jember.

Untuk itu, monggo kita gerakkan segera semua potensi mumpung masih ada ruang dan waktu berbuat dengan semua kuasa dan kebijakan yang masih melekat.

Bapak-Ibu DPRD, monggo diingatkan Pemerintah Daerah dengan pesan Ibu Gubernur dan amanat Perpres Percepatan Penurunan Stunting, karena Jember sebagai Daerah dengan potensi ekonomi besar masih berada di posisi rawan kekurangan gizi absolut. Malu dan miris loh Bapak Ibu DPRD, potensi gede mubadzir dalam era genggaman kekuasaan di masa amanah dipegang Bapak Ibu sekalian. 

Di moment hari raya Iedul Adha ini semoga semangat berkorban Nabi Ibrahim AS menginspirasi kita semua dan membawa Jember segera keluar dari persoalan AKI, AKB dan stunting yang potensial menggagalkan semua program pembangunan yang disusun dengan tujuan mensejahterakan masyarakat dan menyiapkan generasi emas di masa mendatang. 

Semoga tulisan remeh ini bermanfaat.
Wallahu a’lam bishowab.

Catatan kecil oleh Muhammad Jaddin Wajad

2 Replies to “MENGGUGAH KESERIUSAN PENANGANAN STUNTING REZIM BUPATI HENDY ”

  1. Tidak bisa membenahi suatu daerah besar seprti jember dengan sekejab, yg sebelumnya sangat berantakan sistem kepemerintahannya…, belum lagi apbd yg sangat pas2an, dibutuhkan seorg pemimpin yg bener2 mau bekerja kesana kemari tanpa rasa malu mencari anggaran tambahan agar dapat dirasakan manfaatnya oleh warga jember,.. sy yakin pak haji hendy mampu mengatasi dan membenahi jember ke arah yg lebih baik, baru satu tahun memimpin sdh bnyk pembenahan dimana2, bersabarlah genap 5 tahun dibawah pimpinan haji hendy jember akan lebih baik dari kemarin,..
    Pontang panting ke surabaya dan jakarta mencari anggaran utk jember itu tdk mudah, harus pemimpin2 yg mau bekerja extra cape, mengejar segala informasi dipusat, tdk menunggu, baru bisa didpat

  2. Saya sangat mendukung tulisan dan kritakan mas Mujawad tapi juga harus dibarengi dengan memberikan solusi, jgn pernah bosan memberikan solusi yg bermanfaat, agar menjadi acuan kerja bagi kepemimpinan haji hendy. Wassalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.