Keinginan mulia Haji Hendy menjadi Bupati bagi semua masyarakat Jember tentunya membutuhkan jiwa besar dari Haji Hendy sendiri dan terutama pendukungnya.
Khususnya bagi masyarakat Jember yang dalam pilkada kemarin menjadi tim sukses pendukung paslon 02, maka jiwa besar untuk tidak “mengangkangi” Haji Hendy sebagai Bupati milik (kelompok) mereka menjadi tantangan terberat bagi masing masing mereka.
Ego, fikiran dan keinginan menikmati kemenangan atas perjuangan kelompoknya sendiri serta rasa dendam atas sikap kesombongan pihak lawan saat bertarung dalam pilkada kemarin semakin mempersulit ruang lahirnya jiwa besar dibenak semua.
Padahal, dipandang dari sudut manapun, keberhasilan membangun Jember dipastikan tidak bisa dilakukan oleh Bupati sendiri. Bahkan dengan seluruh timses dan pendukungnya sekalipun. Butuh kesepahaman dan kebersamaan semua pihak. Baik antar eXecutif dan Legislatif, Bupati, Sekda dan semua ASNnya, Bupati dengan Pers, Bupati dengan Politisi, Aktifis dan elemen masyarakat lainnya. Semua butuh kesepahaman untuk sama sama bekerja dan bekerja bersama-sama sesuai tupoksinya masing masing, semata mata untuk Jember yang lebih baik.
Untuk sukses sebagai Executif yang mengelola trilyunan uang rakyat, ia butuh jaminan dukungan politis dari 50 politisi di gedung parlemen. Juga tak kalah pentingnya, iapun butuh dukungan dari “parlemen jalanan” yang ada untuk memuluskan mimpi membuat dan melaksanakan program untuk masyarakat Jember. Bukan sekedar program yang hanya dinikmati oleh kelompok yang dulunya mendukung Haji Hendy dan Gus Firjaun.
Ketika bicara masyarakat Jember, maka berdasarkan data pilkada kemarin, diketahui hanya 489.794 orang dari 1.839.291 total pemilik Hak Pilih di Jember, atau hanya 26.6% penduduk Jember yang memilih Haji Hendy dan Gus Firjaun dalam pilkada kemarin. Kurang dari 30% penduduk Jember dewasa yang benar benar mendukung pasangan Bupati dan Wakil Bupati baru. 70% lebih bahkan tidak bisa disebut sebagai warga Jember yang pro Rezim baru.
Artinya, sekecil apapun kecemburuan dan kekecewaan pendukung paslon 02 yang hanya 26,6% pastinya akan muncul ketika nantinya Haji Hendy justru lebih mengutamakan programnya agar bisa dinikmati semua masyarakat Jember (yang notabene mayoritasnya justru bukan dari kelompok pendukungnya). Sebaliknya, ketika program Bupati baru hanya dinikmati secara eksklusif kepada pendukungnya saja, maka bahaya lebih besar akan mengancam eksistensi Haji Hendy sebagai Bupatinya masyarakat Jember.
Disinilah peran pegiat pers yang memiliki integritas dan kapabilitas benar benar dibutuhkan.
Merekalah yang punya peran strategis untuk bisa mengarahkan perhatian publik. Merekalah yang punya kemampuan dan sekaligus punya peralatan untuk membingkai citra buruk atau malah citra baik nya kinerja pemerintahan baru.
Meski tak bisa dihindari akan munculnya reaksi pro kontra terhadap pemberitaan positiv atau negativ sekalipun atas kinerja pemerintahan kedepan, namun kegaduhan politik seperti yang terjadi di era sebelumnya, seharusnya bisa dieleminir melalui transparansi kebijakan publik dan terutama adalah akses informasi khususnya bagi pegiat pers.
Mereka wajib mendapatkan kemudahan akses informasi seluas-luasnya mulai dari gagasan (ide), perencanaan, pelaksanaan dan ruh semangat sebenarnya dari Pemerintah Kabupaten Jember dibawah kendali Bupati Baru Haji Hendy Siswanto agar bisa dipahami secara utuh oleh publik Jember.
Pengalaman kegaduhan politik 5 tahun terakhir yang menjadikan kita terkotak-kotak dan terpisah dengan label pro dan kontra terhadap kebijakan rezim harus bisa kita akhiri bersama demi Jember yang lebih baik dan bermartabat.
Jangan pernah lagi muncul kesan Pendopo hanya dikuasai oleh sekelompok wartawan dan segelintir orang yang membentengi Bupati dari rakyatnya sendiri. Jadikanlah pendopo dan bupatinya sebagai rumah dan Bapaknya warga Jember. Mari bersama-sama kita wujudkan Bupati Haji Hendy Siswanto sebagai Bupatinya masyarakat Jember. Tak ada lagi paslon 01, 02 dan 03. Saatnya bekerja profesional. Wes Wayahe Benahi Jember untuk semua golongan masyarakat Jember.
Semoga.
Oleh : Kustiono Musri