Xposfile, Jember – Bermula dari informasi dari Fauzy, salah seorang guru ngaji anggota Persada Agung (Persaudaraan Antar Guru Ngaji, sebuah organisasi yang dibentuk Gus Saif) tentang keberadaan seorang janda tunanetra yang hidup sebatang kara dengan kondisi rumah tak layak huni.
“Assalamualaikum wr wb, abdinah manggi Roma tidak layak huni, desa karangHarjo dusun gluguh” demikian pesan WhatsApp dari Fauzy (guru ngaji) kepada Gus Saif disertai dengan foto-foto kondisi rumah pada Rabu, 16 November malam.
Tanpa berfikir lama, berikutnya di keesokan harinya, Kamis, 17 November pagi, Gus Saif langsung menggerakkan Bolosaif untuk bergerak ke lokasi.
“Segera Perempak (robohkan)” pesan Gus Saif kepada Bolosaif.
Kalau sudah roboh, lanjut Gus Saif, “maka kita akan punya tanggung jawab untuk segera membangunnya kembali. kalau tidak, kita pasti akan dihujat banyak orang” jelas Gus Saif meyakinkan Bolosaif.
“Gak usah menunggu punya uang untuk berbuat baik. Karena kita ini milik Tuhan, maka biarkan Tuhan yang akan mengatur segalanya. Jangan pernah menunda niat baik, biar gak kedhisik’an (kedahuluan) setan” sambung Gus Saif.
Bermodalkan Bismillah dan keyakinan atas ajaran Gus Saif, saat itu juga rombongan Bolosaif menuju lokasi di dusun Gluguh Desa Karangharjo Kecamatan Silo.
Dan kemudahan-kemudahan yang diluar “logika kebanyakan” akhirnya benar-benar dirasakan oleh rombongan Bolosaif.
Tanpa disangka-sangka, dilokasi juga sudah hadir pak Samhadi, Kades yang belum genap sebulan memimpin Desa Karangharjo. Setelah melakukan koordinasi singkat bersama Pak Kades, disepakati, 2 hari kedepan (Sabtu), rumah Buk Mar’ah (sesuai instruksi Gus Saif) di “Perempak” secara gotong royong bersama warga sekitar yang dikomando langsung oleh Pak Kades.
Sabtu 19 November, sesuai kesepakatan, rumah Buk Mar’ah pun dirobohkan. Saat yang sama, Bolosaif bersama Kades, mengukur lahan dan menentukan bentuk rumah baru dilokasi yg sudah disiapkan. Tepat disebelah timur (belakang) lokasi awal.
Pekerjaan pondasi dilakukan hari itu juga dengan memanfaatkan batu bekas rumah lama plus pasir 1 pickup dan semen 4 zak oleh 1 tukang dan 3 orang pembantu dari warga sekitar.
Selasa 22 November, Bolosaif mendapat kabar bahwa pekerjaan tiang dan rangka kayu sudah selesai dikerjakan. Berikutnya, rabu 23 November, Bolosaif mengirim material berupa 10 lembar Spandek ukuran 6 meter dan 20 lembar kalsiboard.
Akhirnya, pada Sabtu, 26 November atau 9 hari sejak menerima informasi, Atap spandek dan dinding kalsiboard sudah terpasang rapi. Rumah untuk Buk Mar’ah sudah siap untuk ditempati, lengkap dengan lantai semen.
Sebagai simbol serah terima “proyek” bedah rumah yang sudah dinyatakan selesai, Bolosaif menyerahkan uang tunai (dari Gus Saif) kepada Kades untuk melunasi hutang biaya bahan dan ongkos tukang.
Sebelumnya, tanpa mengajukan proposal atau permohonan bantuan kepada siapapun, tiba-tiba saja ada orang yang bersedia untuk mengirim sebuah dipan/tempat tidur buat Buk Mar’ah. Namun, sampai sabtu kemarin, dipan yang dijanjikan belum bisa terkirim, karena terkendala cuaca hujan.
Tak hanya itu, tanpa direncanakan sebelumnya, Bolosaif juga telah menyerahkan sebuah kasur spon dari hamba Allah untuk melengkapi “kesempurnaan” tempat tinggal Buk Mar’ah.
“Semoga, sekecil apapun yg kita lakukan utk saudara kita se bangsa, mampu membuat senyum para pejuang pendiri negeri ini, termasuk orang tua kita semua. Amiiin” ujar Gus Saif memberi semangat kepada Bolosaif.
Pewarta : Kustiono Musri