Jember, Xposfile – Perjuangan nelayan Puger mendapatkan rizki bagi keluarganya ternyata tidak hanya berlangsung di tengah lautan. Mereka tak hanya sekedar bertaruh nyawa bertarung dengan cuaca buruk di perairan laut selatan, namun sebelum berangkat melautpun, mereka sudah diharuskan berjuang untuk mendapatkan pasokan bahan bakar jenis solar.
Sejak 2 minggu terakhir, nelayan Puger mengaku kesulitan mendapatkan solar baik dari SPDN di TPI maupun dari SPBU Puger, justru disaat musim yang mereka tunggu-tunggu. Musim yang mereka yakini sedang melimpahnya ikan yang seharusnya bisa mereka dapatkan, namun mereka terpaksa tidak dapat dengan mudah pergi melaut.
Menurut salah seorang tokoh nelayan setempat bernama Holil warga desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember kesulitan mendapatkan solar ini terjadi sejak beberapa minggu terakhir. Jika sebelumnya mereka relatif lebih mudah membeli di SPDN (stasiun pengisian bahan bakar khusus untuk nelayan) yang berada di kawasan TPI Puger, saat ini mereka harus antri lama hingga satu hari.
“Benar sekali, sudah 10-15 harian kami nelayan susah mendapatkan solar, antrian bisa satu hari” kata Holil kepada sejumlah wartawan, Minggu (5/8/2021).
Jika beruntung mereka bisa mendapatkan solar namun tidak sesuai dengan kebutuhan. Para nelayan hanya dapat membeli solar 1/4 dari kebutuhan sesuai dengan jenis perahu atau kapal yang akan digunakan melaut.
“Itupun kalau dapat kapasitas (BBM solar mesin perahu) 400 liter diberi 100 liter. Itu (solar) dibeli di SPDN TPI. Kalau cuma 100 liter dibuat melaut di sekitar (pulau) Nusa Barong saja, gak bisa lebih jauh lagi,”jelasnya.
Agar bisa memiliki bekal solar untuk melaut sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan, mereka terpaksa harus rela mengantri lagi di keesokan harinya.
“Kalau tidak dapat sekarang, ya antri lagi besok paginya. Kalau misalnya kita butuh 400 liter ya antrinya 4 hari, padahal sekarang lagi musim-musimnya ikan di laut,” sambungnya.
Karena adanya regulasi untuk pembelian solar bersubsidi di SPBU, maka para nelayan pun tidak sebebas seperti sebelumnya untuk membeli BBM. Mereka harus mempunyai surat rekomendasi dari pihak syahbandar atau UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Puger Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim yang berada di kawasan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Puger.
“Kalau mau membeli solar harus punya surat Pas atau surat seperti ini dari syahbandar,” katanya.
Kondisi kesulitan solar ini diperparah dengan kebijakan Manajemen SPBU Puger yang tidak lagi mau melayani pembelian solar bersubsidi kepada para nelayan. Menurut Holil alasannya SPBU tidak melayani pembelian dengan jerigen atau drum.
Berbeda dengan yang diterapkan di SPBU Jambe Arum yang bisa melayani kebutuhan nelayan meski dengan pembelian memakai jerigen atau drum. Namun, nelayan diwajibkan membawa surat rekomendasi. Sayangnya, SPBU Jambearum membatasi hanya untuk 13 nelayan yang membawa surat rekomendasi per hari dengan kuota BBM hanya separoh dari kebutuhan nelayan.
“Kalau di SPBU Puger tidak melayani tapi yang di SPBU Jambearum bisa, cuma dibatasi 13 orang yang membawa surat seperti ini. Tapi misal kalau kapal sekoci kebutuhannya 400 liter untuk PP (pergi pulang) hanya dilayani separuhnya jadi 200 liter,” jelas Holil.
Lebih jauh Holil mewakili warga nelayan menginginkan kehadiran pemerintah Kabupaten Jember untuk mencari solusi atas kesulitan solar yang dihadapi warga nelayan Puger.
“Kita ingin Pemerintah Kabupaten Jember segera hadir untuk mencarikan solusi untuk kami,” harapnya.
“Saat ini sedang musim ikan, tapi kami malah tidak bisa melaut. Sementara, kami tidak bisa mencari nafkah lainnya selain menjadi nelayan, sedangkan kami harus menghidupi keluarga,” pungkasnya.
Pewarta : Kustiono Musri