Cak Kaji Hendy, Arek Kampung Ledok Bupatine Wong Jember

Posted on

Bangga bercampur ragu namun terpaksa salut dengan pemikiran dan ide-ide besar Cak Kaji Hendy (begitu aku biasa memanggil Bupati Jember terpilih Haji Hendy Siswanto), saat kami berkesempatan ngobrol berdua dikantornya di Hendy Siswanto Centre (HSC) dikawasan Slawu Kecamatan Patrang siang itu.

Hampir 2 jam kami ngobrol ngalor ngidul tentang Jember kedepan. Ia begitu serius mendengar “ocehanku” tentang banyak hal. Keseriusan itu nampak dengan caranya yang selalu mencatat hal-hal penting yang keluar dari mulutku. Namun malah sebaliknya, aku belum bisa sepertinya, obrolan itu sayangnya hanya tercatat di otakku yang sudah mulai sulit mengingat semuanya.

Sebelum terjadi obrolan itu, aku merasa apa yang ada dibenakku seperti sesuatu yang sangat penting untuk didengar dan diskusikan. Dan aku mengira, materi itu pasti belum terpikirkan oleh Cak Kaji. Namun ternyata, aku salah besar. Dari hampir semua yang aku sampaikan, Cak Kaji malah sudah punya analisanya yang lebih detail. Bahkan sudah  lengkap dengan jalan keluarnya. Hampir semua yang aku pikirkan, semuanya telah selesai teranalisa sekaligus dengan data dan solusinya.

Banyak hal yang kami obrolkan yang tidak mungkin aku sampaikan diruang publik, namun ada hal penting yang kurasa perlu tersampaikan kepada pembaca. Yaitu tentang keinginan besar Cak Kaji berbuat untuk masyarakat Jember tanpa terkecuali, yakni memuluskan jalan se-kabupaten Jember. Pertimbangannya sederhana, jalan yang baik dan mulus, selain memiliki multiplier effek ekonomi yang luas, program itu tidak hanya akan dinikmati oleh semua masyarakat Jember, tetapi bisa dinikmati juga oleh warga diluar Jember yang melintas atau berkunjung ke Jember.

Dan ini yang paling penting menurutku, Cak Kaji gak peduli, apakah mereka yang menikmati itu dulu memilihnya atau tidak.

Awalnya aku ngotot ingin mendebat, apa mungkin itu terrealisir, namun setelah aku mendengar cerita pengalaman Cak Kaji di tingkat nasional, maka berikutnya aku hanya bisa mendengarkan detail rencana besarnya.

Ia butuh anggaran besar. Hitungannya, 1 Trilyun Rupiah hanya untuk jalan. Dan lebih mengagetkan lagi tentang target waktunya. Ia ingin semuanya bisa selesai hanya dalam waktu 6 bulan. 1 bulan untuk persiapan tender dan administrasinya, 5 bulan untuk pengerjaannya.

Secara teknis, aku punya kesan bahwa Cak Kaji telah selesai menghitung semuanya. Panjang jalan, kemampuan anggaran, dan sekaligus potensi SDM yang ada, semua sudah dihitungnya dengan rigit. Apalagi mengetahui pengalamannya sebagai Insinyur yang tidak hanya sekali memimpin proyek-proyek besar berskala nasional, maka kemudian tak ada ruang buatku untuk bisa mendebatnya.

Diakhir uraiannya, Cak Kaji kemudian memintaku untuk ikut mengawal dan mengkomunikasikan dengan teman teman dewan, teman-teman parlemen jalanan dan tak kalah pentingnya juga kepada teman-teman jurnalis, agar ploting anggaran sebesar itu bisa disetujui dan diloloskan DPRD dalam proses pembahasan anggarannya.

Dalam perjalanan pulang, aku merasa malu dengan pikiranku sendiri. Ternyata, aku masih menyisakan dendam pada lawan politik di Pilkada lalu. Sekecil apapun, masih terlintas dibenakku, agar di periode kepemimpinan Cak Kaji nanti, hanya orang-orang yang terbukti telah berjuanglah yang boleh dan berhak menikmati kemenangan itu.

Di-otakku ternyata berbeda dengan pikiran Cak Kaji. Ia justru berpikir dan berkeinginan untuk menjadi Bupatinya warga Jember. Ia tidak peduli apakah mereka dulu mendukungnya atau tidak. Toh mereka juga butuh makan. Toh mereka juga warga Jember yang wajib mendapatkan kembali hak-haknya sebagai warga Jember, sesuai janji politiknya yang akan mengembalikan hak-haknya masyarakat Jember.

Berikutnya, aku hanya bisa bersyukur telah mendapatkan hikmah dari pertemuanku dengan Cak Kaji. Ternyata aku masih harus banyak belajar dan membersihkan hati dari pikiran-pikiran egoisme pribadi dan kelompok. Aku masih harus banyak belajar untuk bisa seperti Cak Kaji Hendy yang begitu cepat dan mudahnya telah bisa membuang jauh-jauh rasa dendam dan permusuhan pasca pertarungan politik di pilkada lalu. Dan, tanpa sadar, spontan aku lantunkan Surat Al-Fatichah untuk Bupati Jember pengganti Faida. Hendy Siswanto, arek asli Kampung Ledok yang berhasil terpilih jadi Bupati Jember.

Sukses Cak Kaji, teruslah berpikir dan berbuat untuk masyarakat Jember.

Oleh : Kustiono Musri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.