Jember – Tidak banyak orang Jember yang tahu, ternyata ada puluhan santri-santriwati asal negeri Thailand yang sedang menuntut ilmu di Jember. Mereka berasal dari Provinsi Pattani, satu daerah di Negeri Thailand yang mayoritasnya beragama Islam. Pattani merupakan salah satu provinsi di selatan Thailand. Masyarakat Melayu setempat menyebut provinsi mereka, Patani Darussalam atau Patani Raya.
Pada awalnya, Pattani merupakan sebuah kerajaan Melayu Islam yang berdaulat yang mempunyai kesultanan dan pemerintahan yang tersendiri. Patani adalah sebagian dari ‘Tanah Melayu’, namun pada pertengahan abad ke-19 Patani telah menjadi korban penaklukan kerajaan Siam.
Maka tak heran, keberadaan santri/mahasiswa Pattani di Jember itu tidak banyak diketahui oleh kebanyakan warga Jember. Selain secara fisik tidak berbeda, juga banyak kesamaan kultur yang ada di Pattani dengan kultur di Indonesia pada umumnya. Jumlah mereka mencapai 40 orang putra-putri. Sebagian mereka kuliah di IAIN Jember, Universitas Jember, dan nyantri di Pesantren Nuris, Antirogo, Jember.
Mereka merayakan Hari Raya Iedul Fitri ditengah pandemi Covid-19 kali ini tanpa pulang mudik ke negeri asalnya, namun mereka tetap melakukan “mudik” dengan versinya. Setidaknya sudah dua kali menggelar pertemuan silaturahim antar santri /mahasiswa asal Thailand di Jember.
Menurut Ketua Alumni Santri Thailand Jember, Hilmi Disaae, dengan silaturahim itu, minimal kerinduan terhadap kampung halaman sedikit terobati.
“Kita ketemu dengan sesama warga Thailand, itupun dengan mengikuti prokes (protokol kesehatan) yang ketat. Ya hanya segitu (silaturahim) kita berkegiatan, untuk jalan kemana-mana tidak mungkin karena masih dalam suasana Covid-19,” ucapnya
Menurut mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Jember itu, budaya Thailand khususnya di Patani dalam menyambut Lebaran, sama dengan Indonesia. Habis shalat Idul Fitri, lalu bersalaman dengan famili dan tetangga, kemudian berlanjut ke famili jauh. Makanan yang dihidangkan juga sama dengan hidangan Lebaran bangsa Indonesia.
“Cuma kalau di Thailand, kalau asin, asin bener, kalau asem (kecut) asem bener. Kalau di Indonesia, tidak. Asinnya juga seimbang,” urainya.
Hanya kelebihan bangsa Indonesia, lanjutnya, adalah toleransi antar umat bergama sangat tinggi. Itulah yang membedakan Indonesia dengan negara lain, baik yang dihuni beragam penganut agama maupun yang satu agama.
“Masyaallah di sini (Indonesia) toleransinya tinggi sekali,” pungkasnya.
Seperti dikutip dari Media NU Online https://www.nu.or.id/post/read/128887/menengok-kegiatan-santri-thailand-di-jember-saat-lebaran-, Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember Jawa Timur, merupakan salah satu pesantren yang sejak lama menjadi tempat tujuan santri asal Thailand untuk menimba ilmu. Setiap tahun Pesantren Nuris selalu kedatangan santri baru asal Thailand antara 10 hingga 20 orang.
“Ada yang pergi (selesai nyantrti) ada yang datang (santri baru),” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Nuris, Gus Rabith Qoshidi di Jember, Ahad (15/5).
Tahun ini, terdapat 12 santri putra/putri asal Thailand di Pesantren Nuris. Menyambut Lebaran, mereka diperkenankan ‘mudik’ ke luar pesantren. Mereka memilih sekretariat Himpunan Mahasiswa Patani (Thailand Selatan) Indonesia (HMPI) yang berlokasi di Jalan Jawa VI, Kelurahan/Kecamatan Sumbersari, masih satu Kecamatan dengan Pesantren Nuris. Di kos-kosan itu terdapat 15 kamar yang memang sering digunakan untuk santri dan mahasiswa Patani pulang kampung.
“Tempat tersebut memang menjadi pilihan santri dan mahasiswa asal Thailand untuk ‘pulang kampung’ karena di situ mereka ketemu dengan sesama anak Thailand dari Patani (Thailand Selatan. Untuk santri putri juga ada tempat tersendiri, tidak jauh dari tempat itu,” tambahnya.
Pewarta : Kustiono Musri