Jember – Tak seperti hari hari biasa sebelumnya, seminggu setelah Hendy Siswanto menjabat Bupati Jember, terlihat suasana “tak lazim” di Kompleks Kantor Pemkab Jember Jum’at kemarin 5/3/2021.
Beberapa kali terlihat diberbagai sudut kantin Pemkab, di lobby gedung bahkan didalam ruangan salah satu pejabat Pemkab berpakaian ala pesantren dengan memakai sarung dan baju putih meski tak semuanya berkopyah. Pemandangan yang hampir tidak pernah ditemui sebelum ini kecuali pada hari hari tertentu.
Penelusuran xposfile, ternyata sebelumnya telah beredar pesan WA dari SMS Centre atas nama Sekda Kabupaten Jember pada kamis malam seperti berikut ;
Kepada Yth.
1.Para Staf Ahli Bupati Jember
2.Para Asisten Sekda Kab Jember
3.Inspektur kab Jember
4.Ka. Satpol-PP kab Jember
5.Sekretaris DPRD kabupaten Jember
6.Ka. Badan, Dinas dan Bagian di lingkungan Pemkab Jember
7.Direktur RSD dr Soebandi, RSD Kalisat dan RSD Balung
8.Camat se Kab Jember
9.Lurah se Kab Jember
Dimohon kehadiran Saudara untuk mengikuti Acara Senam Pagi Bersama Bupati dan Wakil Bupati Jember, yang akan dilaksanakan pada :
Jum’at, 5 Maret 2021 Pukul 06.30 WIB
Di Jalan Sudarman Depan Pemkab Jember
Pakaian : Olahraga
Bagi karyawan/karyawati yang berada di lingkungan Pemkab, PTSP, Dispora, Disnaker, Dishub, Diskominfo agar dihadirkan untuk mengikuti acara senam pagi.
Catatan. Selama kegiatan senam berlangsung, dimohon untuk tetap mengikuti protokol kesehatan dengan menjaga jarak dan memakai masker.
Setelah selesai kegiatan senam, seluruh PNS/Non PNS/Karyawan PPPK di lingkungan Pemkab Jember diharapkan :
- Bagi Karyawan Muslim agar menggunakan Baju Muslim warna Putih dan memakai sarung, sedangkan karyawan non muslim agar menggunakan Kemeja warna putih dan celana panjang
- Bagi karyawati Muslim agar menggunakan Baju muslimah berwarna Putih dan memakai Rok/celana sedangkan karyawati non muslim pakaian atasan warna putih dan bawahan celana/rok.
DUMP
Sip. Sekda Kab Jember
SMS CENTER
Pesan whatsApp yang beredar Kamis malam sebelumnya terkesan sangat mendadak, sehingga belum semua pegawai mengetahui informasi itu, ujar salah satu pejabat.
Bupati dan Wakil Bupati sendiri terpantau sedang menghadiri prosesi sertijab Kajari baru di kantor Kejaksaan Negeri Jember, juga terlihat memakai sarung.

“Kenapa pakai sarung? Kan ini Jumat, jadi ya Jumatan. Selain itu, ini juga salah satu cara, minimal untuk menekan hal-hal yang tidak baik,” kata Hendy di sela menghadiri Sertijab Kepala Kejari Jember baru.
Tentang penerapan aturan untuk memakai pakaian muslim dan menggunakan sarung yang nantinya dilakukan tiap hari Jumat itu, Hendy mengakui belum menetapkan aturan itu, dalam sebuah perda ataupun perbup.
“Untuk itu kami, belum keluarkan aturan, jadi nanti ke depan, pagi setelah senam, siangnya pakai baju muslim. Untuk yang laki-laki dilanjut Salat Jumat,” katanya.
Terpisah, Adit, tenaga honorer di Pemkab Jember, mendukung aturan berpakaian muslim itu. Demikian juga para ASN ataupun tenaga honorer lainnya.
“Hal serupa dulu pernah juga kok, tapi saat itu hanya saat bulan Ramadan. Kalau tidak salah saat hari Santri juga pernah. Tapi semisal diterapkan aturan oleh Pak Bupati, ya baiklah kita dukung,” katanya.
Sebaik apapun niatan kebijakan Bupati baru ini, dipastikan akan menuai pro kontra di tengah publik. Ketika ditemui di pedepokannya di RIS Baratan, meski menilai kebijakan sarungan ini sebagai kebijakan yang “nyleneh”, namun Gus Saif tetap mengapresiasi kebijakan ini.
“Alhamdulillah sudah ada perubahan yang signifikan, Saya sepakat sekali (aturan bersarung itu) namun, jangan dilakukan full di hari Jum’at. Hari jum’at itu jam kerja, sedang sarungan itu identik dengan kegiatan ibadah ummat muslim, padahal melayani publik itu juga ibadah” ujarnya.
Gus Saif juga berharap agar kebijakan seperti ini tidak hanya bagi pegawai yang muslim, tetapi harus juga bisa diterapkan kepada penganut agama lainnya.
Lebih lanjut Gus Saif berharap kebijakan Bupati lebih ditekankan pada bagaimana wujud dukungan pemerintah kepada semua pegawai dilingkup Pemkab Jember agar bisa beraktifitas sebagai abdi negara sekaligus bisa tetap istqomah sebagai penganut agama untuk taat beragama.
“ Karena dengan tunduk pada agama itu akan berbias pada kebaikan kepada negara, jadi jangan hanya membuat kebijakan untuk menciptakan displin sebagai abdi negara, tetapi ciptakan juga agar bisa displin dalam beribadah kepada Tuhan” tegasnya.
Sementara ditempat yang sama, Santoso seorang tokoh masyarakat desa Arjasa Kecamatan Sukowono, lebih menginginkan agar pelayanan pegawai Pemkab tidak menomorduakan rakyat yang sarungan “Sebenarnya bukan soal pakai sarung atau tidak, tetapi yang jauh lebih penting itu bagaimana pelayan publik (ASN) yang biasa bercelana panjang itu bisa melayani orang-orang yang sarungan” ujarnya.
“Jadi jangan ada perbedaan pelayanan yang pakai celana dilayani tapi yang pakai sarung tunggu dulu” tegasnya.
Pewarta : Kustiono Musri