Jember – Xposfile.com – Efek positif kemenangan Linkrafin dalam ajang Kemenparekraf menjadikan “mimpi” besar Haji Hendy Siswanto mengejar ketertinggalan Jember semakin mendekati kenyataan.
Meski sebenarnya Hendy telah merintisnya sejak dirinya dinyatakan sebagai pemenang Pilkada 2020 lalu (sebelum dilantik 27 Februari 2021), namun diakui atau tidak, loby yang dilakukan sebelumnya seperti semakin mendapatkan momen perhatian khusus dari Menparekraf dengan diraihnya juara utama even Kemeparekraf pertama oleh anak-anak muda kreatif dari Jember yang menamakan dirinya dengan Linkrafin (Lingkar Kreatif Independen).
Baca : Kibarkan Jember di Level Nasional
Ditemui sejumlah awak media usai ceremonial penyambutan rombongan Linkrafin (juara utama even Kemenparekraf) di pendopo Wahya Wibawa Graha, Bupati Jember asli arek Kampung ledok ini menyampaikan oleh-olehnya bertemu Menparekraf Sandiaga Uno disela-sela even Senin 24/5/21 kemarin malam.
“Kami meminta bantuan proyek-proyek APBN kepada beliau (Sandiaga Uno)” ujarnya pada Rabu pagi 26/5/2021
Kepada Menparekraf, lanjutnya, ia menyampaikan tentang kondisi dan potensi besar yang dimiliki Jember, seperti belum adanya museum dan banyaknya lokasi lokasi wisata yang berpotensi besar untuk dikembangkan.
“Ada beberapa tempat lokasi wisata yang butuh support dana besar dari Menparekraf. Salah satunya Nusobarong.” sambungnya.
Menurutnya, banyak hal yang bisa dikembangkan dengan Wisata di Nusabarong, mulai pengadaan kapal untuk penyeberangan, wisata laut, wisata pantai yang nantinya juga akan bisa berkembang dengan wisata kuliner.
“Silahkan (dibuatkan) konsepnya, kepemillikan dan hak pengelolaannya diurus dulu. Kemenparekraf tertarik disitu” sambung Bupati Hendy.
Data yang berhasil dihimpun xposfile dari berbagai sumber, Nusa Barung adalah sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa. Pulau ini berada dalam wilayah Desa Puger Wetan, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang terletak di Samudra Hindia. Dengan luas kurang lebih 100 km2, Nusa Barung ditetapkan sebagai cagar alam dengan nama Cagar Alam Pulau Nusa Barong semenjak tahun 1920.
Berdasarkan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda nomor GB. 46 yang dimuat dalam Staatsblad No. 736 tanggal 9 Oktober 1920, dan diperbaharui oleh SK Menteri Pertanian No. 110/VIII/1957 dengan luas 6.100 hektar. Status Pulau Nusa Barung kemudian diubah menjadi suaka margasatwa melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.314/MENHUT-II/2013 tanggal 1 Mei 2013.[1] Pulau ini memiliki ekosistem hutan hujan tropika, dalam tiga formasinya: (a) formasi hutan mangrove, (b) formasi hutan pantai, dan (c) formasi hutan dataran rendah.
Dikesempatan itu, selain mengungkap tentang potensi Nusobarong, Hendy juga mengaku sebulan yang lalu sudah melakukan pembicaraan dengan berbagai pihak mulai dengan Perhutani, BKSDA, dan TNMB (Taman Nasional Meru Betiri). Bahkan sudah ada yang berbentuk MOU, salah satunya tentang rencana pembangunan jalan di bibir pantai Meru Betiri sepanjang 30 Kilometer.
“Konsepnya, membuat jalan di bibir pantai Meru Betiri sambil mengamankan Taman Nasional. Jadi begitu sinerginya. Dipinggir jalan itu, untuk menutupi hutan kita beri pagar keliling. Jadi taman nasionalnya masih aman, dipinggir pantai bisa jadi tempat wisata, bisa melihat laut langsung seperti di Senggigi” jelasnya.
Tentang kewenangan Pemerintah Daerah yang terbatas dan kapan akan direalisasi, Hendy meyakinkan dengan tegas ;
“Sudah. Sudah ada pembicaraan dengan pihak TNMB, malah itu yang pertama. Dan itu sudah masuk program kami. Tahun ini kita design. Dan tahun depan kita upayakan minta bantuan anggaran Kementrian PUPR” katanya.
Sedangkan tentang status lahan Merubetiri sebagai lahan konservasi hutan lindung,
“Justru dengan membangun jalan seperti itu, kita malah mengamankan. Kalau tidak, justru orang bisa keluar masuk secara liar. Konsepnya membuat jalan sebagai objek wisata seperti Senggigi. Jadi wisatanya lihat pantai, ada rest area-rest area diberapa titiknya” pungkasnya.
Pewarta : Kustiono Musri